"Terapkan syariat pada diri, keluarga, golongan dan ummat"
Kami menerima kiriman tulisan dari pihak manapun selama tidak keluar dari Al Qur'an dan Sunnah, silahkan kirimkan tulisan Anda ke daud.kh.duaribu@gmail.com terima kasih.

Gema Ramadhan Di Negeri Cleopatra


Oleh: Ahmad Farisi Suwaryo
www.ahmadfarisi.wordpress.com

Kalau mendengar kata Cleopatra kita langsung teringat pada sebuah negeri dimana disana ada seorang raja yang sangat dzalim. Raja tersebut diberi gelar Fir’aun. Ia pernah mengaku dirinya Tuhan dan membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir. Tidak asing lagi, negeri itu adalah Mesir, namanya terukir dalam kitab suci. Selain itu mesir juga dikenal dengan julukan ardhul anbiya’ atau negeri para nabi. Hal ini didasarkan oleh banyaknya nabi yang diturunkan atau diutus di Mesir. Seperti nabi Musa, Harun dan Yusuf. Mesir juga terkenal dengan julukan Ardhul Kinanah (bumi Kinanah).

Mesir merupakan salah satu negeri yang mempunyai peradaban tinggi dan tertua di dunia. Peninggalan-peninggalan sejarah seperti benteng Shalahuddin al Ayyubi, Piramida, Spinx, dan peninggalan-peninggalan kerajaan Fir’aun lainnya masih terjaga rapi hingga sekarang. Bahkan sebagiannya ada yang baru ditemukan sehingga sangat menarik minat para pelancong manca Negara untuk terus berkunjung ke Mesir.

Merasakan bulan suci Ramadhan di Mesir merupakan sebuah kesyukuran dan kesan tersendiri, yang barang kali belum tentu kita temukan di Negara lain. Dalam menyambut bulan suci, biasanya orang-orang Mesir akan membuat berbagai macam jenis manisan untuk berbuka puasa. Manisan yang mereka buat beraneka ragam. Berbagai jenis kurma juga dijual di pinggir-pinggir jalan, sampai ada nama kurma Obama.

Menjelang bulan Ramadhan, mereka akan mengadakan ceramah-ceramah di masjid yang berkaitan dengan keutamaan bulan Ramadhan, sehingga orang-orang dapat mengambil manfaatnya secara langsung dan mempersiapkan diri untuk menyambut bulan yang mulia dan penuh barakah.

Hal yang menarik dari orang Mesir adalah sifat kesadaran dan sikap saling menghormati. Pada siang hari bulan Ramadhan, biasanya restaurant-restaurant dan warung-warung makan tutup, ia baru akan dibuka kembali menjelang buka puasa sampai waktu sahur selesai guna melayani para Sha’imin (orang-orang yang berpuasa).

Ramadhan di Mesir, sebagaimana di negeri Arab lainnya, membutuhkan perjuangan ekstra. Selain kultur budaya dan adat yang berbeda, faktor alam pun membuat banyak perbedaan. Di Mesir pada musim panas waktu siang jauh lebih panjang dibanding waktu malam. Tahun ini Ramadhan jatuh pada akhir musim panas di mana waktu maghrib tiba pukul 18.30 malam, bahkan sebelum jam Mesir dimundurkan 1 jam, mahgrib tiba pukul 19.30 dan subuh pada pukul 4.00 dini hari. Sehingga total waktu berpuasa tahun ini hampir 15 jam, jauh lebih panjang dibanding waktu berpuasa di Tanah Air.

Bulan Ramadhan adalah syahrul Qur’an, dimana pada bulan inilah al-Qur’an al-Karim diturunkan. Setiap selesai shalat fardhu masjid-masjid di Mesir selalu diramaikan oleh orang-orang yang membaca al-Qur’an. Bahkan tidak jarang kita temukan orang-orang yang membaca al-Qur’an di bis-bis umum, jalan-jalan, pertokoan, mall-mall dan perkantoran. Sungguh sebuah fenomena yang menyejukkah qalbu dan membangkitkan semangat.

Kesadaran orang Mesir akan keutamaan bulan Ramadhan sangat tinggi, hal ini tidak terlepas dari pemahaman agama mereka serta ceramah-ceramah para syaikh tentang keutamaan bulan yang penuh ampunan dan rahmat ini.

Kedermawanan mereka pada bulan Ramadhanpun meningkat. Banyak orang-orang kaya maupun perusahaan-perusahaan yang membuka jamuan gratis buka puasa di pinggir-pinggir jalan. Jamuan gratis atau yang dinamakan “Maidah Rahman” disediakan bagi para musafir, kaum dhuafa’ dan siapa saja yang mau datang. Adapun menunya biasanya nasi lemak campur makrunah, ayam bakar dan sayur kacang.

Komunitas orang Indonesia di Mesir sekarang jumlahnya lebih dari lima ribu jiwa, 85% di antaranya adalah para mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di Al-Azhar, sebuah universitas tertua di dunia. Mereka tersebar di beberapa kota seperti Kairo, Zaqaziq, Manshoura, Zamalik dan Thantha.

Kairo adalah kota yang sangat ramai dan padat penduduk. Jalan-jalan tidak pernah lengang dari kendaraan yang berlalu lalang. Pada musim panas seperti sekarang ini, orang-orang biasa begadang, sehingga malam tidak pernah sepi.

Sebagian besar Mahasiswa Indonesia di Mesir berdomisili di kawasan Madinat Nasr atau Nasr City . Ketika berjalan-jalan di kawasan ini kita terasa seperti sedang berada di negerinya sendiri. Di sini banyak terdapat restaurant Asia, baik yang dari Indonesia , Malaysia maupun Thailand .

Di daerah Dokky terdapat masjid yang diberi nama Masjid Indonesia Kairo (MIK), masjid ini dibangun untuk komunitas orang Indonesia . Di lantai atas masjid ini digunakan untuk sekolah dengan nama Sekolah Indonesia Cairo (SIC), sebuah sekolah bergengsi untuk anak-anak Indonesia di Mesir yang mayoritasnya adalah anak-anak para pejabat KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia).

Pada bulan Ramadhan, MIK dengan dana dari para pejabat kedutaan, biasanya menyediakan angkot antar jemput bagi para mahasiswa Indonesia . Di MIK masyarakat dan mahasiswa Indonesia malaksanakan shalat tarawih bersama, kemudian dilanjutkan dengan ceramah keagamaan dan diakhiri dengan jamuan makan ala masakan-masakan Indonesia . Setiap hari menu yang disajikan berganti-ganti, terkadang bakso, ketupat, mie ayam, pempek Palembang dan lain-lain. Acara seperti itu bertujuan untuk mempererat silaturrahmi antar warga yang tersebar di berbagi kota dan untuk melepaskan kerinduan akan masakan tanah air. (ah/frs)





Comments :

0 komentar to “Gema Ramadhan Di Negeri Cleopatra”

Posting Komentar

 

Tukar Uang

Pengikut