"Terapkan syariat pada diri, keluarga, golongan dan ummat"
Kami menerima kiriman tulisan dari pihak manapun selama tidak keluar dari Al Qur'an dan Sunnah, silahkan kirimkan tulisan Anda ke daud.kh.duaribu@gmail.com terima kasih.

Why I am Proud To Be Muslim

Sesungguhnya nikmat terbesar yang Allah anugerahkan kepada manusia di dunia ini adalah nikmat Iman dan Islam, dimana dengan kedua nikmat tersebut, seseorang dapat menggapai kenikmatan yang hakiki. Kedua nikmat tersebut adalah sebuah jembatan emas yang akan mengantarkan seseorang kepada kebahagiaan yang nyata. Ianya adalah cahaya yang menerangi kegelapan malam. Ianya adalah telaga bening di tengah sahara padang pasir. Ianya adalah petunjuk jalan bagi musafir yang sedang kebingungan.
Tiada kenikmatan yang lebih besar daripada nikmat Iman dan Islam.

Marilah kita berhenti sejenak untuk mencoba merenungi firman Allah yang menunjukkan betapa besarnya kedua nikmat tadi, betapa Allah memberi gelar kepada orang-orang yang diberi ke dua nikmat tadi sebagai umat terbaik, betapa kita harus bersyukur dan bangga menjadi seorang Muslim, sebagai orang yang mendapatkan nikmat Iman dan Islam. Allah berfirman kepada kaum Muslimin:


Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS, Ali Imran: 110)

Lewat ayat ini Allah telah menegaskan bahwa orang-orang Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Karena mereka adalah orang-orang yang menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Pada ayat lain Allah juga berfirman:

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS, Ali Imran: 139)

Ayat di atas menyebutkan bahwa orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang paling tinggi derajatnya. Bahkan Allah tidak akan menerima orang-orang yang mencari agama selain agama Islam. Allah berfirman:

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu )daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS, Ali Imran: 85)

Setelah kita tahu bahwa Allah telah memuji orang-orang Muslim dan menyebutnya bahwa mereka adalah umat terbaik dan orang-orang yang paling tinggi derajatnya, lantas apa yang harus kita lakukan sebagai orang yang telah mengaku dirinya Muslim? Bukankah di sana ada tugas berat yang mesti kita pikul? Sesungguhnya Allah akan menolong orang-orang yang menolong agamanya. Meskipun sekiranya ia tidak sempat melihat kemenangan di dunia, sesungguhnya Allah telah menyiapkan sesuatu yang lebih baik di akhirat.

Alangkah indahnya kalau saya menyebutkan di sini sebuah kisah yang sangat mempesona, kisah yang dapat menggetarkan hati, kisah yang mampu membuat mata menangis bagi orang yang mau menghayatinya. Yaitu kisah seorang sahabat agung, duta pertama yang diutus oleh Rasul, Mush’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu.

Mush’ab bin Umair adalah seorang remaja Quraisy paling tampan, paling menonjol, dan paling bersemangat. Para penulis sejarah biasa menyebutnya sebagai “pemuda Makkah yang menjadi sanjungan semua orang”. Dia lahir di Makkah dan dibesarkan dalam limpahan kenikmatan. kedua orang tuanya adalah orang yang kaya raya dan terpandang. Dia adalah anak yang sangat dimanjakan oleh kedua orang tuanya.

Di Makkah pada saat itu sedang hangat-hangatnya membicarakan Muhammad, orang yang selama ini dikenal jujur itu tiba-tiba menyatakan bahwa dirinya telah diutus Allah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Mengajak umat manusia beribadah kepada Allah yang Maha Esa. Perhatian warga Makkah terpusat pada berita ini. Tiada yang menjadi buah pembicaraan mereka kecuali tentang Rasulullah SAW dan agama yang dibawanya. Kabar ini pun terdengar juga oleh Mush’ab bin Umair, pemuda tampan yang sangat dimanja ini.

Dia sangat serius memperhatikan perkembangan berita tersebut. Diantara berita yang didengarkannya ialah Rasulullah bersama pengikutnya biasa berkumpul di satu tempat yang jauh dari gangguan orang-orang Quraisy. Yaitu, di bukit Shafa, di rumah Arqam bin Abul Arqam. Dia pun segera mengambil keputusan. Di suatu senja, dia bergegas ke rumah Arqam bin Abul Arqam. Ia bertekad untuk datang ke tempat perkumpulan itu dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh orang yang mengaku diutus oleh Allah.
Mush’ ab masuk dan duduk di sudut ruangan, ketika rasulullah membaca ayat-ayat Al Qur’an, Mushab terlena, terpesona oleh kalimat-kalimat itu. Dia terbuai, melayang entah ke mana. Rasulullah mendekatinya, mengusap dada Mushab dengan penuh kasih sayang. Dada yang sedang panas bergejolak itu akhirnya menjadi tenang dan damai, setenang samudra yang dalam.

Setelah itu, hanya dalam waktu yang sangat singkat, ia telah masuk Islam. Karena takut dengan orang tuanya, ia menyembunyikan keislamannya. Akan tetapi pada akhirnya kabar keislamannya tercium juga oleh orang tuannya. Ibunya sangat marah dengan berita itu, lantas ia mengurungnya di dalam kamar beberapa hari dengan penjagaan ketat orang-orang Ibunya. Hingga terdengar oleh Mush’ab bahwa para sahabat Rasulullah akan berhijrah ke Habasyah. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Mushab. Dengan sedikit strategi dia berhasil mengecoh ibu dan para penjaganya. Ia berhasil lolos dari kurungan, lalu ikut hijrah ke Habasyah.

Pada suatu hari, dia menghampiri kaum muslimin yang sedang duduk di sekeliling Rasulullah SAW. Melihat penampilan Mushab, mereka menundukkan pandangan, bahkan ada yang menangis. Mereka melihat Mushab memakai jubah usang yang bertambal-tambal. Padahal, masih segar dalam ingatan mereka bagaimana penampilannya sebelum masuk Islam. Pakaiannya ibarat bunga di taman, menebarkan aroma wewangian.

Mush’ab lama tidak berjumpa dengan Ibunya, terakhir bertemu dengan ibunya adalah ketika Ibunya hendak mengurungnya lagi sewaktu Mush’ab kembali dari Habasyah, akan tetapi niat untuk mengurungnya dibatalkan lantaran Mush’ab mengancam akan membunuh orang-orang bawahan ibunya bila rencana itu sampai dilakukan. Keduanya pun kembali berpisah dengan cucuran air mata.

Ketika sang ibu mengusirnya dari rumah, “Pergilah sesuka hatimu. Aku bukan ibumu lagi.” Mushab menghampiri ibunya dan berkata, “Wahai Ibu, aku sangat sayang kepada Ibu. Karena itu, bersaksilah bahwa tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.”

Mushab meninggalkan kemewahan dan kesenangan yang pernah dialaminya, dan memilih hidup miskin serta kekurangan. Pemuda ganteng dan parlente itu, kini hanya mengenakan pakaian yang sangat kasar, sehari makan dan beberapa hari rela menahan lapar. Akan tetapi, jiwanya yang telah dihiasi aqidah suci dan cahaya ilahi, mengubah dirinya menjadi seorang manusia yang lain, menjadi seorang yang sangat tabah dan berkepribadian kuat.

Pada suatu hari Rasulullah mengutus Mush’ab ke Madinah untuk melakukan tugas dakwah. Tugasnya adalah mengajarkan agama Islam kepada orang-orang Anshar yang telah beriman dan berbaiat kepada Rasulullah di bukit Aqabah. Juga untuk mengajak orang lain menganut agama Islam, dan mempersiapkan kota Madinah untuk menyambut hijrah Rasulullah ke kota itu.

Mush’ab terus berdakwah kepada penduduk Madinah hingga mereka berbondong-bondong masuk Islam. Dan ketika terjadi perang uhud antara kaum Muslimin dan kafir Quraisy, ia berperang dengan sangat gigih. Pada waktu itu ia bertugas sebagai pembawa bendera pasukan. Tatkala barisan kaum muslimin porak-poranda, Mushab tetap gigih berperang. Seorang tentara berkuda musuh, Ibnu Qamiah menyerangnya dan berhasil menebas tangan kanannya hingga putus. Mushab mengucapkan, “Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului oleh para Rasul.”

Lalu, bendera itu ia ambil dengan tangan kirinya dan ia kibarkan. Musuh pun menebas tangan kirinya hingga putus. Mushab membungkuk ke arah bendera pasukan, lalu dengan kedua pangkal tangannya ia mendekap dan mengibarkan bendera itu, sambil mengucapkan, “Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya telah didahului oleh para Rasul.”

Orang berkuda itu menyerangnya lagi dengan tombak, menghunjamkannya ke dada Msuh’ab. Mushab pun gugur, dan bendera pun jatuh’.” Tidak ada yang bisa dipakai untuk mengkafaninya kecuali sehelai kain. Jika ditutupkan dari kepalanya, kedua kakinya kelihatan. Jika ditutupkan dari kakinya, maka kepalanya kelihatan. Maka, Rasulullah bersabda, ‘Tutupkanlah ke bagian kepalanya, dan tutupilah kakinya dengan rumput idzkhir.”

Begitulah kisah sahabat agung Mush’ab bin Umair, Ia rela meninggalkan segala kenikmatan dan kemewahan dunia yang dulu pernah didapatkannya. Ia lebih memilih hidup miskin dan kekurangan demi Islam. Ia telah korbankan seluruh hidupnya demi meninggikan kalimat haq dan menjadikan Islam sebagai jalan hidupnya. Ia mengetahui bahwa kenikmatan dunia adalah kenikmatan yang semu dan fana, sedang kenikmatan Akhirat adalah kenikmatan yang sesungguhnya, sebagaimana tersebut dalam syair:

Akhirat adalah keaslian,
Akhirat adalah kehidupan
Dunia itu kefanaan
Dunia itu kematian

Siapa pegang benda Aslinya
Pasti kena tujuannya
Siapa gapai bayang-bayangnya
Pastikan terpedaya

(seruling daud)

Comments :

0 komentar to “Why I am Proud To Be Muslim”

Posting Komentar

 

Tukar Uang

Pengikut