"Terapkan syariat pada diri, keluarga, golongan dan ummat"
Kami menerima kiriman tulisan dari pihak manapun selama tidak keluar dari Al Qur'an dan Sunnah, silahkan kirimkan tulisan Anda ke daud.kh.duaribu@gmail.com terima kasih.

Pendakian Ke Gunung Sinai

Pada musim dingin bulan February 2008 yang lalu, kami mengikuti kegiatan liburan pasca ujian term satu, diantara kegiatan liburannya adalah rihlah ketempat-tempat yang menarik, biasa hal itu untuk memenuhi kebutuhan anak muda yang sukanya jalan-jalan, bahkan itu sudah menjadi tradisi di kalangan mahasiswa Indonesia di Mesir, khususnya liburan setelah term dua yang selalu jatuh pada musim panas.
Setelah ujian selesai, biasanya masing-masing organisasi baik yang afiliatif maupun almamater sibuk membuat program tour, ada yang mengunjungi perpustakaan-perpustakaan, tempat-tempat sejarah, bahkan tidak jarang yang doyan keluyuran ke pantai, tujuannya adalah untuk refreshing setelah hampir sebulan berkutat dengan diktat yang bertumpuk-bertumpuk, kebetulan tempat yang kami pilih waktu itu adalah bukit Sinai, selain indah dan natural, bukit itu juga menyimpan banyak sejarah.
Setelah menyiapkan berbagai kebutuhan yang mesti dibawa, seperti jaket tebal, tutup kapala, kaus tangan serta tidak ketinggalan membawa minuman mineral dan berbagi makanan ringan seperti roti bolu dan syibsy atau potato, (makanan ringan yang paling populer di Mesir) kami melakukan perjalanan kendaraan menuju Sinai sampai ke kaki gunung.
Sudah terbayang dari cerita teman-teman yang pernah mendaki Sinai, bahwa udara malam disana katanya sangat dingin meskipun di musim panas, apalagi sekarang sedang musim dingin?? Tapi semua itu tidak menyurutkan semangat kami sebagai petualang sejati, apalagi tema yang kami buat waktu itu adalah pencarian salju di bukit Sinai. Semua pakaian musim dingin telah kami siapkan, bahkan saya mamakai celana dobel tiga lapis, untuk bagian paling dalam saya memakai trening kemudian celana jean dan untuk di luarnya saya memakai celana gunung. Pada pukul dua belas malam pendakianpun akhirnya dimulai!!!

Bersama rombongan yang berjumlah sekitar enam puluh orang, kami mulai bergerak ke atas menuju puncak melewati jalan-jalan berpasir, ada juga rombongan dari Negara jiran Malaysia yang jumlahnya juga sekitar enam puluhan, kami melakukan perjalanan bersama menelusuri jejak-jejak nabi Musa as. Bagi orang yang tidak kuat berjalan jauh juga ada fasilitas kendaraan tanpa roda alias unta-unta padang pasir, banyak unta-unta yang berseleweran mengangkut penumpang menuju bukit, hanya saja tidak sampai ke puncaknya, karena untuk sampai ke puncaknya harus melewati jalan setapak nan terjal yang tidak mungkin bisa dilewati oleh unta.

Ketinggian gunung Sinai mencapai 2.285 meter di atas permukaan laut dan semuanya berupa bebatuan, tidak ada pepohonan maupun tumbuhan disana, kecuali ada satu atau dua pohon yang kami temui, berbeda dengan gunung-gunung di Indonesia yang penuh dengan berbagai macam pepohonan. Setelah perjalanan yang melelahkan sekitar 4 jam, akhirnya kami sampai di puncak menjelang subuh. Tidak disangka bahwa di puncak Sinai ternyata ada dua bangunan yang berjajar, Masjid dan Gereja. Kami duduk berkumpul di dalam Masjid untuk melepaskan lelah sekaligus menghindari terpaan angin dingin yang menusuk-nusuk daging sambil menunggu waktu subuh.

Saat-saat menanti sun rise…
Sebenarnya mengapa perjalanan ke puncak Sinai biasanya di lakukan pada malam hari adalah agar bisa melihat indahnya matahari terbit dari puncak Sinai. Pada detik-detik kemunculannya semua mata tertuju ke cahaya merah di ufuk timur, semuanya menunggu dan menanti… seperti menanti bakal ada kabar gembira yang turun dari langit, atau menanti sebuah jawaban dari rasa penasran. Cahaya merah itu semakin terang…, pandangan orang-orangpun semakin tajam, fokus pada cahaya merah di timur, kini saatnya sunrise tiba... satu…dua…tiga…Allahu akbar…Allaaahu akbar…Allaaahu akbar…!! secara spontan suara takbirpun bergemuruh, menggemparkan kesunyian, bercampur aduk antara suara orang-orang Asia, Afrika dan Eropa, semuanya bertakbir mengagungkan Allah yang telah menciptakan indahnya alam ini.

Gunung Sinai merupakan salah satu gunung yang paling banyak didaki orang, setiap harinya ada saja orang yang menziarahinya, bagi umat Kristiani maupun Jews, pendakian ke gunung Sinai merupakan perjalanan spiritual sebagaimana umat Islam melakukan umrah ke Makkah, dikisahkan dalam kitab mereka bahwa gunung tersebut diselimuti api dan asap pada saat Musa mendaki ke atasnya untuk menerima Sepuluh Perintah Allah, sementara bangsa Israel yang sedang menunggu di kemah sambil membuat sapi emas untuk dipuja. Waktu itu saya juga bertemu rombongan umat kristiani dari Indonesia, yang katanya mereka ada yang dari Jakarta, Bogor dan Jogjakarta, saya melihat mereka dengan antusias menyanyikan lagu-lagu keagamaan dengan dipimpin oleh salah satu ketua rombongan mereka masing-masing, tidak jarang juga rombongan dari Afrika maupun Asia yang sampai meratap-ratap dinding gereja.

Saya sangat menikmati rihlah ini, walaupun untuk mencapai puncak harus berjuang terlebih dahulu menelusuri bebatuan yang terjal, tapi justru itulah yang memberi kepuasan lebih, karena dengan itu kita merasa bahwa kita telah berhasil melewati rintangan, sebab tidak sedikit juga orang yang gagal melewati rintangan itu dan akhirnya berhenti di tengah jalan. Hidup adalah perjuangan, sedangkan perjuangan itu butuh pengorbanan, orang yang tidak mau berkorban tidak akan pernah mendapatkan kemenangan hakiki, barangkali itulah philosophy yang bisa saya ambil dari sebuah pendakian ke puncak Sinai.

Comments :

1
Anonim mengatakan...
on 

salam kenal...
wah senang ya bisa menikmati gunung Sinai

Posting Komentar

 

Tukar Uang

Pengikut